Seo Services
Seo Services

Lika-Liku Wig Pada Masa Lalu

September 30, 2015
Wig atau rambut palsu telah menjadi bagian dari dunia fashion. Berdasarkan sejarah wig pada masa lampau, penggunaannya terkait dengan posisi kekuasaan. Penggunaan wig telah ada sejak zaman Mesir kuno. Bagi bangsa Mesir kuno, penampilan menjadi hal penting karena menunjukkan status sosial, peran dalam masyrakat dan kedudukan dalam politik. Seperti halnya masyarakat sekarang, gaya rambut bangsa Mesir kuno bervariasi sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan status sosial. Pada masa itu, seluruh penduduk Mesir baik laki-laki atau perempuan harus mencukur rambut kepala mereka hingga botak dan menggantinya dengan wig. Menggunduli kepala memiliki sejumlah manfaat. Pertama, iklim Mesir yang panas sehingga memiliki kepala yang gundul akan lebih nyaman. Kedua, untuk menjaga kebersihan serta mencegah datangnya kutu kepala. Ketiga, alasan faktor usia. Semakin tua usia seseorang maka masalah kerontokan rambut tidak bisa dihindari, sementara itu mereka ingin tetap mempertahankan penampilan muda mereka selama mungkin.
Meskipun demikian, orang Mesir Kuno tidak suka tampil di muka umum dengan tampilan kepala botak. Wig sangat populer dipakai oleh seluruh tingkatan usia, termasuk anak-anak. Mereka membuat wig dari rambut manusia atau wol domba yang kemudian dirangkai dengan cara dianyam atau dikepang. Wig digunakan di dalam maupun luar rumah. Orang Mesir menggunakan wig baru setiap hari dengan gaya wig yang bervariasi. Oleh sebab itu fungsi utama wig berubah sebagai hiasan kepala untuk acara khusus, seperti upacara dan perjamuan.
Zaman Romawi, wig digunakan oleh perempuan sebagai bagian akesoris yang modis. Oleh karena perempuan yang berambut pirang dianggap cantik, maka wig yang terbuat dari rambut pirang harganya sangat mahal pada masa itu. Para produsen mendapatkan bahan pokok wig pirang dari orang-orang utara yang ditaklukkan oleh Kekaisaran Romawi.
Hingga abad ke-16 penggunaan wig menonjol dalam catatan sejarah di Inggris. Pada paruh kedua abad ini, baik laki-laki maupun perempuan mulai menggunakan wig. Para perempuan pada masa itu sering mengecat rambut mereka dengan warna merah atau emas agar dapat meniru wig yang dikenakan oleh Ratu Elizabet I yang dikabarkan memiliki koleksi wig sebanya 100 buah.
Restorasi Inggris pada tahun 1660 yang dilakukan oleh Charles II setelah masa pembuangannya di Perancis, berdampak juga terhadap perkembangan fashion periwigs atau rambut palsu. Mulai tahun 1665 orang-orang mulai menggunakan wig pirang, coklat atau hitam. Mereka bahkan rela mencukur rambutnya agar dapat mengakomodasi wig yang panas dan tidak nyaman agar dapat dipakai di kepala. Wig yang panjang dan keriting, pakaian yang penuh akan bau parfum serta bedak yang penuh di wajah, semua ini merupakan ciri dari model fashion masa itu. Sampai akhir abad ke-17 gaya wig laki-laki seperti rambut perempuan.

Selain itu wabah sifilis memicu lonjakan penggunaan wig. Korban menyembunyikan kebotakan mereka, serta luka berdarah yang menjelajahi wajah mereka, dengan wig yang terbuat dari kuda, kambing, atau rambut manusia. Wig juga dilapisi dengan bubuk beraroma lavender atauwarna  oranye untuk menyembunyikan aroma busuk. Perkembangan selanjutnya, pada tahun 1730 wig atau rambut palsu ini digunakan berbaur dengan rambut asli. Bahkan pada tahun 1795 dikenankan pajak bagi bubuk rambut. Pada abad ke-19 orang-orang hampir berhenti untuk memakai wig dan mereka mulai memakai rambut asli mereka meskipun dipotong pendek. Perempuan terus menggunakan hiasan rambut untuk accessoris gaya rambut mereka dan hal ini masih dilakukan hingga hari ini.

Sumber:

Lika-Liku Wig Pada Masa Lalu Lika-Liku Wig Pada Masa Lalu Reviewed by pkn4all on September 30, 2015 Rating: 5

10 Avatar Dewa Wisnu di Dunia, Bag II: Kurma dan Vahara

September 16, 2015

 Kurma

Dalam agama Hindu, Kurma yang dalam bahasa Sansekerta: berarti "Kura-kura" adalah avatar kedua Dewa Wisnu. Kurma adalah kura-kura raksasa yang menyelamatkan bumi dari kehancuran. Oleh karena ukurannya yang sangat besar menjadi peletak  dasar bagi mitos Gunung Mandara, yang digunakan oleh para dewa (dan setan) sebagai tongkat untuk mengaduk lautan susu primordial untuk memperoleh nektar agar dapat hidup abadi.
Kisah Avatar Kurma, ditemukan dalam kisah Kurma Purana. Kemunculan Kurma berawal dari kelalaian Dewa Indra. Dikatakan bahwa Durwasa (seorang yang bijak) memberikan karangan bunga kepada Indra. Oleh Indra karangan bunga tersebut dikarungkan pada gajahnya Airavata. Tanpa diduga gajah tersebut melemparkan karangan bungannya ke tanah dan menginjaknya. Menyaksikan hal tersebut Durwasa menjadi marah. Ia mengangap bahwa Dewa Indra menghina hadiahnya. Pendek cerita, Duwasa mengutuk Dewa Indra dan semua dewa lainnya (dewa kebajikan) sehingga mereka semua kehilangan kekuatan. Mengetahui kekuatan para dewa melemah, maka Asura  (sekelompok dewa jahat dalam jajaran agama Hindhu) berusaha menaklukan mereka. Perang epik ini disebut Devasura yang berlangsung lama. Meskipun para dewa telah berjuang dengan gagah berani, mereka tidak dapat menang dari Asura. Bahkan para dewa ini pergi untuk menemui Dewa Brahma dan Dewa Siwa agar bersedia membantu, tetapi mereka menolak permintaan ini.
Sebagai usaha terakhir, para dewa pergi ke Dewa Wisnu. Ia menyarankan agar para dewa menuangkan ramuan ke dalam lautan susu, dan menggunakan Gunung Mandara sebagai tongkat untuk mengaduknya sehingga mereka bisa mendapatkan ramuan keabadian. Namun, para dewa tidak bisa mencabut gunung. Dengan demikian, Wisnu menyarankan mereka untuk membuat perjanjian dengan para Asura, sehingga kedua belah pihak akan berbagi nektar yang dihasilkan.
Para dewa dan asura akhirnya membuat perjanjian mereka untuk bersama-sama mengaduk lautan susu. Bersama-sama mereka menjebol Gunung Mandara yang digunakan sebagai tongkat pengaduk dan menggunakan ular Vasuki sebagai tali untuk mengaduk  dengan menarik ke satu sisi dan kemudian yang lain. Dewa Wisnu menginstruksikan para dewa untuk memegang kepala ular sementara Asura diperintahkan untuk memegang ujung ekor. Tetapi Asura bersikeras bahwa mereka harus mengendalikan ujung kepala. Dewa Wisnu menyetujuinya (sebenarnya ini merupakan trik Dewa Wisnu). Ketika proses pengadukan, ular mengeluarkan nafas beracun dari mulutnya yang menghancurkan Asura.

Selama berputar, Gunung Mandara mulai tenggelam. Agar gunung tersebut tidak tenggelam, maka Wisnu berubah dalam wujud kura-kura raksasa yang bernama Kurma dan menopang gunung itu. Setelah proses pengadukan selesai dari dalam laut mucul pohon Parijata (pohon pengabul keinginan), Gajah Airavata, racun Halahala (diminum oleh Siwa), Kamadhenu (sapi pertama di bumi), Varuni (dewi anggur), Bidadari, kuda Uchchaisravas, Dewi Lakshmi (yang kemudian menjadi istri Dewa Wisnu), dan Dhanwantari yang membawa kendi yang berisi nektar keabadian. Ketika Asura ingin mengambir nektar tersebut, Dewa Wisnu berubah menjadi Wanita Cantik yang bernama Mohini. Para Asura percaya dengan rayuan Mohini dan menyerahkan nektar keabadian kepadanya. Dengan demikian, kekuatan keabadian tetap di tangan para dewa karena tidak ada sedikitpun tersisa untuk Asura.


Varaha

Berawal dari seorang iblis bernama Hiranyaksha menyeret bumi ke dasar laut, maka Wisnu dalam wujud babi hutan datang untuk menyelamatkan. Avatar Wisnu ini disebut Varaha. Ia berjuang selama seribu tahun. Kemudian Varaha membunuh setan dan mengangkat bumi keluar dari air dengan taring nya. Mitos ini mencerminkan legenda penciptaan bumi oleh Prajapati (Brahma), yang diasumsikan dalam bentuk babi hutan untuk mengangkat bumi keluar dari air purba. Waraha Awatara dilukiskan sebagai babi hutan yang membawa planet bumi dengan kedua taringnya dan meletakkannya di atas hidung, di depan mata. 

Sumber:


10 Avatar Dewa Wisnu di Dunia, Bag II: Kurma dan Vahara 10 Avatar Dewa Wisnu di Dunia, Bag II: Kurma dan Vahara Reviewed by pkn4all on September 16, 2015 Rating: 5

10 Avatar Dewa Wisnu di Dunia, Bag I, "Matsya"

September 14, 2015
  Dalam ajaran agama Hindhu, Dewa Wisnu merupakan salah satu dari tiga dewa yang sangat dihormati. Ia diyakini sebagai salah satu dari lima bentuk Allah dalam tradisi Smarta. Dewa Wisnu dipahami sebaga “Pemelihara atau Pelindung”
Dalam teks-teks suci agama Hindhu, Dewa Wisnu digambarkan berwarna kulit gelap dan memiliki empat lengan. Dia memegang padma (bunga teratai) di tangan kirinya yang lebih rendah, Kaumodaki gada (gada) di tangan kanannya yang lebih rendah, sangkakala Panchajanya (keong) di tangan kiri atas dan senjata diskus dianggap senjata paling ampuh menurut Agama Hindu Cakra Sudarsana di atas angin Agama Hindu mengajarkan bahwa setiap kali umat manusia terancam oleh kejahatan, maka Dewa Wisnu akan turun ke dunia denngan wujud avatar untuk mengembalikan kebenaran, membangun tatanan kosmis, dan menolong umat manusia dari bahaya. Dalam kepercayaan ini terdapat 10 avatar Dewa Wisnu di Dunia, apa saja itu:
1.   Matsya
Matsya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti ikan. Wujud ini adalah avatar pertama Wisnu. Menurut mitologi Hindu, Wisnu muncul dalam bentuk ikan selama zaman yang dikenal sebagai Satya Yuga untuk menyelamatkan makhluk hidup (termasuk manusia) dari banjir besar. Cerita ini mirip dengan kisah bahtera Nuh dalam Alkitab. Kedua cerita menggambarkan pembangunan sebuah kapal besar untuk semua spesies hidup di bumi agar selamat dari banjir dahsyat,
Kisah Matsya berkisar tentang Manu Satyavrata, pria yang akhirnya akan menjadi nenek moyang dari spesies manusia menurut mitologi Hindu. Dikatakan bahwa Manu Satyavrata menghabiskan 10.000 tahun hidupnya berlatih pertapaan spiritual. Suatu hari saat ia sedang melakukan persembahan air ke sungai, ikan kecil lept sampai ke tangannya. Saat ia hendak membuang ikan kembali ke air, ikan memintanya untuk perlindungan dari ikan besar di sungai yang terus-menerus mengejarnya. Untuk melindungi ikan, Manu Satyavrata menempatkan ikan itu dalam sebuah toples dari tanah.
 Namun, ikan segera berkembang besar dan Manu mengembalikannya ke sungai. Tetapi ikan itu terus tumbuh sehingga sungai tidak dapat menampungnya lagi. Manu kemudia membawa ikan itu ke Sungai Gangga, sungai terbesai di India, tetapi ikan itu tetap saja tumbuh besar dan tidak muat di Sungai Gangga. Maka Manu membawanya ke laut.

Ketika telah sampai di laut, ikan mengungkapkan bahwa dirinya adalah perwujudan Dewa Wisnu. Ikan kemudian memberitahu Manu bahwa dunia akan segera berakhir setelah banjir, dan menyarankan dia untuk membangun sebuah perahu besar, di mana Manu harus menempatkan elemen yang paling penting di dunia, termasuk tujuh Resi, biji berbagai jenis tanaman, dan sepasang dari setiap jenis hewan. Ketika banjir mulai, ikan berjanji bahwa ia akan menyelamatkan perahu. Manu mengikuti perintahnya, dan sekali banjir terjadi, ikan tetap setia pada janji Nya, membawa perahu ke tempat yang aman. Manu mengikat perahu ke tanduk ikan dengan Vasuki, ular ilahi. Ikan kemudian membawa kapal saat banjir, sampai mereka mencapai puncak Himalaya. Setelah hujan telah berhenti dan air telah surut, Manu berlayar ke dataran dan mulai membangun kehidupan baru.
Sumber:


10 Avatar Dewa Wisnu di Dunia, Bag I, "Matsya" 10 Avatar Dewa Wisnu di Dunia, Bag I, "Matsya" Reviewed by pkn4all on September 14, 2015 Rating: 5

Kisah Ai Khanum, Oase Kuno Yunani di Afganistan

September 14, 2015
Apa yang akan kita pikirkan pertama kali tentang Afganistan?. Mayoritas akan menjawab bahwa Afganistas erat dengan medan perang. Ya,dapat dikatakan itu benar, karena sekarang ini kondisi wilayah negara Afganistan sedang mengalami konflik perang terutama dengan pasukan Taliban. Mekipun demikian, di dalam negeri Afganistan tersimpan banyak Mahakarya warisan masa lampau. Dan sayangnya tidak semua dapat terjaga dengan baik. Misalnya saja patung Budha Kolosal raksasa yang dipahat di sebuah dinding, peninggalan abad ke-13 M yang ada di Banyamin telah dihancurkan oleh pasukan Taliban. Masih banyak situs kuno lain peninggalan periode pra Islam di Afganistan yang membutuhkan perawatan dan pengawanan agar tidak mengalami hal yang sama seperti di Bamiyan, misalnya situs kota kuno Ai Khanum.

Ai Khanum atau Ai Khanoum atau Ay Khanum yang berrarti “Lady Moon”. Kota ini mulai didirikan pada abad ke-4 SM setelah penaklukan Raja Alexander Agung. Ai Khanum yang terletak di tepi Sungai Oxus menjadi salah satu kota utama dari Kerajaan Balkh-Yunani. Sekarang kota ini termausk ke dalam wilayah Privinsi Takhar, Afganistan, tepatnya pada daratan di sekitar pertemuan Sungai Amu Darya (dulu bernama Oxus) dan Sungai Kokcha.
Sebelum ditemukan kembali oleh arkelolog modern, penduduk setempat telah menemukannya terlebih dahulu dan mereka menggali kemudian mengambil artefak, tembikar dan koin-koin yang tertinggal di situs ini untuk dijual ke pasar gelap. Penduduk menyebutnya sebagai “Kota Kafir” karena situs ini terlihat sebagai sisa medan pertempuran.
Jika berkunjung ke situs Ai Khanum ini, maka kita akan dapat sekalian mengunjungi situs kuno lainnya. Di sebelah utara dan selatan terdapat sebuah daerah yang memiliki lanskap tanah tandus yang bergelombang dan batuan berwarah merah. Tempat tersebut merupakan reruntuhan Kerajaan Kuno Batria. Sementara di sebelah selatan Ai Khanum merupakan daerah lembah hijau yang menjadi tempat reruntuhan patung Budha di Bamiyan. Perjalanan menyusuri bekas Provinsi Balkh utara ini seperti berpetualang dalam lorong waktu. Di tempat ini kita seperti seakan-akan berada pada masa Kekaisaarn Persia, Penaklukan Alexander Agung, dan kedatangan Islam.
Pada tahun 1961, Raja Afganistan yaitu Mohammad Zaher Chach sedang berburu dan tidak sengaja menemukan kota kuno Ai Khanum ini yang diyakini sebagai salah satu Kota Yunani terindah di Asia Tengah. Kota ini 2 km panjang dan lebar 1,5 km, terbagi antara kota atas dan bawah seperti kebanyakan kota-kota Yunani. Ada jalan utama, dan sebagian besar bangunannya bergaya Yunani, namun tidak sepenuhnya. Bahkan, arsitektur kota juga mendapatkan pengaruh dari Iran. Pada masa lampau perkembangan kota ini dapat dibagi menjadi empat tahapan.

Pertama, tahap pendudukan. Periode ini terjadi pada dekade awal abad ke-4 SM yang mencakup tahap pembangunan awal kota yang dilakukan oleh salah satu jenderal Alexander Agung atau Perdiccas. Fase kedua, dimulai pada dekade abad ke-3 SM yang terkait dengan ekspediai Antiochos terhadap para perantau di daerah ini. Ini adalah fase nyata pertama pembangunan kota, dalam rangka Helenisasi dari dunia Helenistik timur
Tahap ketiga dimulai sekitar 170 SM, ketika masa awal Raja Eucratides dan dia meletakkan ibukotanya di sini. Hal ini ditunjukkan dengan bangunan seperti istana atau gimnasium indah. Tahap keempat dimulai sekitar 145 SM, ketika kota jatuh ke penjajah Saka. Kota ini rusak tapi penjajah Sakas menetap di sini selama satu dekade, dan kemudian bangsa Yuezhei menghancurkan kota ini.
Di masa modern ini, arkeolog pertama yang mulai melakukan riset terhadap situs ini merupakan arkelolog Perancis yang bernama Paul Bernard. Ia melakukan riset atara tahun 1964 dan 1978 dengan bekerja sama dengan ilmuwan Rusia. Setelah melakukan riset dan penggalian maka dapat dipetakkan bahwa di wilayah bekas Provinsi Balkh ini (termasuk Ai Khanum) terdapat 135 situs arkeologi yang menarik dan berisi harta kuno. Riset ini harus ditinggalkan karena timbulnya perang antara Afganistas-Uni Soviet di Afganistan, perang saudara diantara penduduk Afganistan, pendudukan Taliban. Situs ini pun dijarah dan menjadi medan pertempuran, akibatnya sekarang situs ini rusak parah dan hanya tertinggal sedikit saja artefak.

Sumber:


Kisah Ai Khanum, Oase Kuno Yunani di Afganistan Kisah Ai Khanum, Oase Kuno Yunani di Afganistan Reviewed by pkn4all on September 14, 2015 Rating: 5

Kota Kuno Polonnaruwa, Saksi Kejayaaan Peradaban Sri Langka

September 05, 2015

Pada tahun 993 SM, Kota Anuradhaparu yang merupakan ibukota Sri Langka mengalami kehancuran akibat peperangan. Perang ini dimenangkan oleh Raja Vijayabahu yang berhasil mengalahkan penjajahan Chola pada tahun 1070 SM dan ia juga berhasil menyatukan kembali negara yang terpecah-pecah. Semenjak secara resmi Polonnaruwa yang dulunya merupakan tempat peristirahatan bagi anggota kerajaan dinyatakan menjadi ibukota Sri Langka yang ke dua.

Sekarang ini, Kota Polonnaruwa menjadi ibukota Provinsi North Central, Sri Langka. Unesco telah menetapkan Polonnaruwa sebagai situs warisan dunia untuk wilayah Asia Fasifik. Di dalam wilayah Polonnaruwa terdapat sebuah daerah yang bernama Kaduruwela yang menjadi pusat kota kuno dari Kerajaan Polonnaruwa. Kaduruwela kini menyajikan akan keindahan dan kejayaan Polonnaruwa pada masa lampau.
Polonnaruwa telah menjadi saksi akan kejayaan peradaban Sri Langka, terutama dari masa Kerajaan Chola. Oleh karena Kerajaan Chola penganut Budha maka di Polonnaruwa banyak dibangun monumen untuk agama mereka. Di daerah ini terdapat monumen Brahmana dan juga kuil untuk Siwa, yang patungnya terbuat dari perunggu. Penaklukkan yang dilakukan oleh Raja Vijayabahu tidak membuat tempat ini menjadi hancur. Monumen-monumen tersebut tetap dijaga dan dipelihara. Bahkan Polonnaruwa semakin berkembang.
Puncak kejayaan Poonnaruwa terjadi pada abad ke-12 pada masa pemerintahan Raja Parakramabahu I (1153-1186). Ketika itu perdagangan dan pertanian berkembang di bawah perlindungan Raja. Tidak hanya itu, Raja Parakramabahu I, juga membuat sebuah mahakarya berupa sebuah taman kota yang menakjubkan. Taman ini dibuat di dalam sebuah benteng yang memiliki tiga lapisan dinding. Istana dan tempat-tempat suci dibuat dengan suasana pedesaan. Tata kota pada masa Parakramabahu sangat bagus sepanjang sejarah Sri Langka.

Raja Poonaruwa juga membuat sebuah monumen dari struktur bata besar. Dinddingnya dipahat untuk mengambarkan Jataka yaitu narasi dari kehidupan Budha sebelum menjadi Budha. Ada pula pahatan raksasa di sebuah dinding yang menggabarkan Budha yang sedang bersantai. Patung-patung raksasa lain juga ada di samping Sang Budha. Raja juga membuat sebuah Vihara yang diberi nama Vihara Rangkot, yang memiliki sebuah stupa besar yang berdiameter 175 m dan tinggi 55 m, yang mengingatkan kepada Anuradhapura.


Kota Kuno Polonnaruwa, Saksi Kejayaaan Peradaban Sri Langka Kota Kuno Polonnaruwa, Saksi Kejayaaan Peradaban Sri Langka Reviewed by pkn4all on September 05, 2015 Rating: 5

Kota Kuno Bosra, Keindahan Dalam Kemelut Perang

September 03, 2015
Mungkin sekarang ini daerah Suriah menjadi daerah yang menakutkan untuk dikunjungi karena peperangan yang terjadi di sana. Meskipun demikian Suriah menyimpan berbagai destinasi wisata kota-kota tua yang menarik untuk dikunjungi. Salah satunya adalah Kota Kuno Bosra. Terletak di negara Suriah, tepatnya 50 km dari perbatasan Yordania dan sekitar 100 km dari selatan Damaskus.
Kota Bosra pertama kali disebutkan dalam teks-teks Mesir Kuno dari masa pemerintahan Firaun Thutmose III dan Akhenaten pada abad ke-14 SM. Saat itu Bosra merupakan ibukota wilayah utara dari Kerajaan Nabataen. Pada tahun 106 M, wilayah Bosra merupakan bagian dari Kerajaan Romawi Kuno dan ditetapkan sebagai ibu kota Provinsi Romawi di Arab.

Hampir seluruh Kota kuno Bosra terbuat dari batuan basal hitam. Dulunya dihuni lebih dari 60.000 penduduk dan kini hanya menjadi sebuah desa kecil yang berdiri di antara reruntuhan kota yang jumlah penduduknya sekitar 19.000 orang. Ikon dari Bosra yang terkenal adalah bangunan teater peninggalan Kekaisaran Romawi. Bangunan tersebut merupakan teater terbesar, paling lengkap serta terbaik di antara semua teater Romawi di Timur Tengah dan termasuk salah satu teater terbesar yang pernah dibangun di dunia oleh pemerintah Romawi. Teater Bosra ini mampu menampung 15.000 orang.
Tidak hanya teater, Kekaisaran Romawi juga meninggalkan banyak situs menarik di Kota Bosra seperti pemandian, gerbang monumental, jalan-jalan bertinag, dan beberapa “Corinthian Columns” (semacam ornamen ukiran yang terdapat di bagian atas suatu tiang bangunan yang berkembang pada masa Yunani kuno). Oleh karena dulunya penduduk Bosra penganut Kristen maka terdapat pula peninggalan bangunan Katerdal Bosra.
      Bagi umat Islam, Kota Bosra juga menjadi kota penting. Pada tahun 582, Nabi Muhammad yang saat itu berumur 12 tahun mengunjungi Bosra bersama pamannya dan bertemu dengan seorang biarawan yang mengatakan bahwa saat ia dewasa akan menjadi sosok terkenal yang dihormati oleh banyak orang di dunia. Era Islam di Bosra membuat kota ini memiliki situs Islami yaitu Masjid Al-Omari dan Madrasah Mabarak al-Naga, keduanya merupakan salah satu situs Islam yang terkenal dan terrua dalam sejarah Islam.

Sayang, di wilayah ini sedang berkecampuk peperangan. Tentunya hal tersebut membuat banyak turis untuk takut datang ke kota ini. Tidak hanya itu akomodasi yang sulit semakin menyusahkan untuk datang ke tempat ini. Sekarang Kota Kuno Bosra telah ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO.

Sumber


Kota Kuno Bosra, Keindahan Dalam Kemelut Perang Kota Kuno Bosra, Keindahan Dalam Kemelut Perang Reviewed by pkn4all on September 03, 2015 Rating: 5

Apakah Naga itu ada?

September 01, 2015
Kita sering melihat berbagai perwujudan naga di sekeliling kita, baik berupa gambar, boneka, kesenian (barongsai), dan sebagainya. Dalam berbagai budaya seperti di Eropa, Cina, dan Jepang, kisah tentang Naga telah membuatnya menjadi hewan legendaris. Lalu, apakah naga itu benar-benar ada, karena hingga sekarang belum pernah dijumpai satu pun sosok naga secara nyata.

Mitos tentang naga belum dapat dipastikan kapan munculnya, tetapi dapat ditelusuri sejak 4000 tahun SM. Naga dikatakan dapat hidup dimana saja, tergantung pada jenis naga itu. Habitat mereka mulai dari pusat bumi, tengah laut, gua-gua, daerah yang penuh akan api, tempat yang gelap dan basah.

Kata naga sendiri berasal dari bahasa Inggris pada abad ke-13 yaitu “old dragon”. Kemudian dalam bahasa latin disebut “draconem” yang berarti ular besar atau naga. Dalam bahasa Yunani dari kata δράκων atau drakon serta drakontos genetive yang berarti ular atau hewan laut raksasa. Oleh karena dalam bahasa Yunani dan latin diartikan sebagai ular maka belum tentu bagian dari mitologi naga.
Di Yunani Kuno filsuf yang pertama kali menggunkan kata “naga” adalah Iliad, dimana dia merujuk kepada Agamemnon-pahlawan dalam mitologi Yunani, yang pakaiannya digambarkan memiliki motif naga biru pada sabuk pedangnya dan lambang naga berkepala tiga yanga ada di piring dadanya. ".
Pada 217 M, seorang filsuf yang barnama Flavius Philosastratus menulis buku yang berjudul The Lie of Apollonius of Tyana yang di dalamnya di bahas tentang naga di India. Sementara itu menurut koleksi buku yang ditulis Claudius Aelianus, menyebutkan tentang wilayah Ethiopia yang dihuni oleh spesies naga yang diburu oleh gajah. Naga tersebut bisa tumbuh hingga 180 kaki atau 55 m dan memiliki umur paling abadi diantara semua hewan.
Cerita naga muncul semua sepanjang sejarah dan hampir setiap kebudayaan memiliki tema mereka sendiri tentang naga. Beberapa penyebabnya mungkin karena ditemukannya fosil dinosaurus. Naga bisa digunakan untuk menggambarkan tulang yang tak terlukiskan dari makhluk yang tidak diketahui. Ada cerita tentang naga di setiap bagian dunia kecuali di Antartika. Meskipun tidak ada orang di Antartika tetapi bukan itu penyebab tidak ada naga di sana. Iklim ekstrim Antartika membuat naga tidak suka tinggal di sana, naga memang ada yang hidup di air tetapi tidak di es.

Orang-orang kuno mungkin telah menemukan fosil dinosaurus dan salah mengartikannya sebagai sisa-sisa naga. Chang Qu, seorang sejarawan Cina dari abad ke-4 SM, mensalahartikan fosil sebagai naga di tempat yang sekarang disebut Provinsi Sichuan. Sementara di daerah sub-Sahara Afrika, buaya Nil mungkin telah menjadi inspirasi cerita naga di zaman kuno hingga ke Eropa. Mereka diceritakan berenang melintasi Mediterania ke Italia dan Yunani. Hewan ini adalah salah satu yang terbesar dari semua spesies buaya, dan pada saat dewasa dapat mencapai 18 kaki panjangnya. Dan tidak seperti buaya lainnya, mereka dapat berdiri (terangkat dari tanah) dan berjalan meskipun secara lambat.
Australia adalah rumah bagi sejumlah spesies biawak yang juga disebut sebagai goannas. Mereka merupakan hewan predator yang besar, memiliki gigi tajam dan cakar, serta mereka adalah tokoh penting dalam cerita rakyat tradisional Aborigin. Studi terbaru bahkan menunjukkan bahwa goannas dapat menghasilkan racun yang menyebabkan luka gigitan pada korbannya untuk mengembangkan infeksi setelah serangan. Setidaknya di Australia, makhluk ini mungkin bertanggung jawab untuk mitos tentang naga.

Sumber:
Apakah Naga itu ada? Apakah Naga itu ada? Reviewed by pkn4all on September 01, 2015 Rating: 5
ads 728x90 B
Diberdayakan oleh Blogger.