Seo Services
Seo Services

Melacak Kembali Asal Usul Manusia Afrika Dari Genom Manusia Kuno di Ethiopia

Januari 27, 2016

Steatment yang beredar hingga sekarang ini bahwa kelompok pertama manusia modern Afrika telah mulai melakukan diaspora pada sekitar 70.000 tahun yang lalu. Tetapi perjalanan mereka berhenti di daerah Timur Tengah dalam perjalanan menuju Eropa dan Asia. Sekitar 3.000 tahun yang lalu, sekelompok petani dari suatu daerah di Timur Tengah (sekarang masuk Turki) kembali ke daerah Tanduk, Afrika dengan membawa tanaman seperti gandum, barley, dan barang-barang kerajinan mereka.
Sejak manusia muncul di Afrika, DNA dari orang Afrika kuno bisa memberikan dasar genetik berharga yang akan membuat lebih mudah bagi para ilmuwan untuk melacak perubahan genom dari waktu ke waktu. Sayangnya DNA tersebut telah sulit didapat. DNA tidak tercipta untuk dapat bertahan selama ribuan tahun. Sampel DNA kuno yang telah diurutkan sampai saat ini diekstrak/didapat dari tubuh manusia kuno di Eropa dan Asia, didapatkan dari “mayat” yang secara alami dibekukan oleh iklim yang dingin.
Artikel ini akan menceritakan bahwa mengapa orang Ethiopia  begitu istimewa karena menjadi kunci untuk mengungkapkan asal usul bangsa Afrika. Sebuah mayat manusia kuno dalam kondisis tertelungkup ditemukan di Gua Mota, yang terletak di bagian selatan Ethiopia. Iklim yang dingin dan kondisi kering di dalam gua, telah mengawetkan DNA-nya. Para ilmuwan pun dapat mengambil sampel dari tulang petrosa yang ada di dasar tengkoraknya. Gua tersebut dipekirakan merupakan sebuah kuburan. Mota hidup dalam budaya pemburu dan pengumpul.
Gua Tempat Mota ditemukan

Berdasarkan uji radiokarbon menunjukkan bahwa fosil mayat tersebut berusia 4.500 tahun. Ini menunjukkna bahwa Molta (para ilmuwan menamainya) hidup sebelum migrasi keturunan manusia Afrika di Eropa kembali lagi ke Afrika. Berdasarkan hasil uji, Molta tidak memiliki varian genetik untuk mata berwarna terang dan kulit cerah. Genetik Mota tidak sama dengan populasi Afrika yang telah melakukan migrasi meninggalkan Afrika, serta genetiknya juga tidak sama dengan petani Eurasia yang kembali lagi ke Afrika.
Mota memiliki tiga varian genetik yang mana telah membantu manusia modern Ethiopia untuk dapat tinggal yang tinggi – sekarang ini posisi kota Mota terletak di ketinggian 8.100 kaki dari atas permukaan laut-. Ketika para ilmuwan membanding genom Mota dengan manusia kotemporer, maka hasil yang didapatkan yaitu hubungan terdekat Molta adalah dengan masyarakat Ethiopia selatan.
Para ilmuwan terus-menerus berusaha menemukan petunjuk baru yang dapat membantu mereka memecahkan teka-teki yang tidak pernah berakhir mengenai evolusi manusia. Penemuan Mota diharapkan dapat membantu untuk membuka tabir rahasia bahwa populasi Afrika sekarang ini memiliki lebih banyak keturunan Eurasia daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Sosok Manusia Afrika Sekarang ini

Ketika membandingkan genom manusia Ethiopia kuno tersebut dengan manusia modern Afrika, peneliti menemukan bahwa populasi Afrika Timur sekarang memiliki seperempat keturunan Eurasia. Sementara mereka yang berada jauh di barat dan selatan Afrika setidaknya memiliki lima persen dari genom migran Eurasia. Hal ini menunjukkan bahwa migrasi yang dilakukan Eurasi untuk kembali ke Afrika jauh lebih besar. Secara kasat mata, gelombang Eurasia kembali ke Tanduk Afrika bisa saja sebanyak 30 persen dari populasi yang sudah tinggal di daerah itu. Menjadi pertanyaan sekarang ini, mengapa dapat terjadi migrasi besar penduduk Eurasia ke Afrika?. Tidak ada perubahan iklim yang jelas, tampaknya telah memaksa mereka untuk bermigrasi kembali ke Afrika. Fakta menunjukkan bahwa kedatangan mereka bertepatan dengan masuknya tanaman Timur  ke Afrika. Hal ini menunjukkan bahwa migran adalah keturunan langsung dari/setidaknya sangat erat kaitannya dengan petani Neolitik yang membawa gandum dan pertanian barley ke Barat Eurasia sekitar 7.000 tahun yang lalu dan kemudian bermigrasi ke Tanduk Afrika.
“Afrika dipandang sebagai melting pot raksasa, memahami migrasi kuno merupakan langkah besar dalam memahami keturunan Afrika secara keseluruhan”.
Sumber:


Melacak Kembali Asal Usul Manusia Afrika Dari Genom Manusia Kuno di Ethiopia Melacak Kembali Asal Usul Manusia Afrika Dari Genom Manusia Kuno di Ethiopia Reviewed by pkn4all on Januari 27, 2016 Rating: 5

Kampung Bugis Anak Ogik: Magnet Wisata Bahari di Pulau Kemojan-Kepulauan Karimunjawa

Januari 19, 2016
Indonesia telah dikenal sebagai negara maritim yang terkemuka di dunia. Pemahaman ini dapat diartikan karena memang wilayah Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan dan kumpulan lautan. Menurut data dari UNCLOS 1982, total luas wilayah laut Indonesia sekitar  3.544.743,9 km², lebih  luas dari wilayah daratan yang hanya sekitar 1.910.931,32 km². Dengan demkian maka tiga perempat dari keseluruhan wilayah Indonesia adalah lautan. Daratan di Indonesia memiliki tanah subur yang sangat cocok untuk pertanian dan perkebunan, sementara laut kita memyimpan berbagai kekayaan alam yang sangat besar. Pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan alam laut Indonesia dapat digunakan untuk sumber pangan, pertambangan, potensi energi, pariwisata atau rekreasi, bahan baku obat-obatan, sumber air bersih, konservasi alam, dan sebagainya. Semua manfaat tersebut akan dapat mendorong pembangunan ekonomi di Indonesia.
Lautan yang luas, banyaknya pulau, serta beriklim tropis membuat negara ini memiliki panorama alam laut yang luar biasa indahnya, sehingga Indonesia pantas dijadikan sebagai pusat pariwisata bahari dunia. Beberapa contoh derah di Indonesia yang terkenal dengan wisata baharinya yaitu Taman Laut Bunaken di Manado, Kepulauan Raja Ampat di Papua, Wakatobi di Sulawesi Tenggara, pantai barat Sumatera, Pulau Weh di Aceh, Natuna di Kepulauan Riau, Flores, dan sebagainya.
Menurut Undang-undang No. 12 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pengertian wisata bahari adalah usaha yang menyelenggarakan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial di perairan laut, pantai, sungai, dan danau. Sementara kawasan pesisir adalah wilayah pesisir tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kriteria tertentu seperti karakter fisik, biologi, sosiologi, dan ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya. Kawasan bahari adalah jenis pariwisata alternatif yang berkaitan dengan kelautan, baik di atas permukaan laut maupun kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan laut. Rencana pengembangan kawasan bahari harus mempunyai keterkaitan dengan berbagai kepentingan yang mendasar, yaitu pemberdayaan masyarakat pesisir yaang adalah masyarakat atau komunitas yang tinggal di wilayah sekitar garis pantai. Masyarakat pesisir ini memiliki pengetahuan tentang kondisi wilayahnya.
Kepulauan Karimunjawa secara administratif merupakan bagian dari Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Secara geografi, Kepulauan ini terletak di laut Jawa. Kepulauan Karimunjawa terdiri dari gugusan 27 pulau yang menarik sebagai kunjungan wisata terutama wisata bahari. Wilayah Kepulauan Karimunjawa dikelilingi oleh Laut Jawa dan jarak dari kecamatan Kerimunjawa ke ibukota Kabupaten Jepara yaitu 90 km. Sebagai sebuah kecamatan, Karimunjawa dibagi ke dalam empat desa yaitu, Karimunjawa, Kemojan, Parang, dan Nyamuk. Total luas wilayah Kecamatan Karimunjawa yaitu 107.225 ha, yang terdiri dari 100.105 ha lautan dan 7.120 ha daratan. Jadi 93 % wilayahnya adalah lautan.  Berdasarkan Laporan Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara tahun 2014, jumlah penduduk yang mendiami Kecamatan Karimunjawa sebesar 9.016 jiwa pada tahun 2013. Mayoritas penduduk mendiami desa atau pulau Karimunjawa.


Pemanfaatan potensi sumberdaya di wilayah pesisir dan lautan, seperti halnya pariwisata bahari selama ini telah membuka peluang lapangan pekerjaan penduduk Kepulauan Karimunjawa. Kegiatan pariwisata bahari di Karimunjawa dengan memanfaatkan potensi sumberdaya laut dapat dipadukan dengan kegiatan sektor lain seperti sektor kehutanan, perikanan, transportasi, pemukiman, budaya atau tradisi, industri kerajinan atau souvenir, kuliner, dan perkebunan kelapa. Secara resmi, kegiatan pengembangan pariwisata Kepulauan Karimunjawa terdapat dalam Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 161/Men- Hut-II/1998. Dalam surat keputusan tersebut seluruh wilayah Kepulauan Karimunjawa telah ditetapkan sebagai Taman Laut Nasional, sehingga kepulauan ini juga dijadikan wilayah konservasi.
Kepulauan Karimunjawa tidak hanya memiliki panorama alam yang memukau, namun terdapat juga ragam adat budaya yang memarik. Salah satu hal yang menarik dari Karimunjawa adalah bahwa wilayah ini tidak hanya didiami oleh suku Jawa, tetapi juga suku lain yaitu suku Bugis, Madura, Buton, Batak, dan sebagainya. Pertemuan suku besar ini telah membuat perpaduan yang unik dalam tradisi budaya masyarakat Karimunjawa. Keanekaragaman suku yang mendiami kepulauan ini merupakan aset yang dapat digunakan untuk objek wisata budaya.
Kedatangan Suku Bugis dari Sulawesi Selatan ke Karimunjawa, karena memang pada awalnya nenek moyang suku Bugis adalah pelaut ulung. Dalam pelayaraanya, mereka yang awalnya hanya singga di Karimunjawa menjadi menetap di kepulauan ini. Meskipun demikian mereka tetap mempertahkan kebudayaan, tradisi, dan adat istiadat suku Bugis.  Kehidupan suku Bugis tidak pernah lepas dari budaya bahari. Secara turun menurun, generasi suku bugis  di Kepulauan ini berprofesi sebagai nelayan. Mengikuti arus perkembangan zaman, mulai berpindah profesi sebagai petani rumput laut. Selain itu mereka juga mulai membuka hutan-hutan di Pulau Kemojan untuk dapat dijadikan lahan perkebunan dan sawah.
Salah satu kebudayaan suku Bugis di Karimunjawa yang masih dipertahankan adalah cara membuat rumah. Mereka membuat rumah dengan model rumah panggung yang merupakan rumah adat. Meskipun sebagian besar suku Bugis ada tinggal di Pulau Kemojan, agar dapat melihat deretan rumah panggung suku Bugis hanya dapat diilihat di dusun Batulawang. Oleh masyarakat setempat, perkampungan suku Bugis ini disebut Kampung Anak Ogik. Rumah panggung di Batulawang dibangun lumayan pendek, tidak setinggi rumah panggung suku Bugis yang ada di Sulawesi. Ini disebabkan karena suku Bugis kesulitan mendapatkan kayu. Meskipun tidak mirip seratus persen, rumah panggung di Batulawang tetap menarik. Terdapat tangga yang ada di depan atau di samping rumah. Terdapat peraturan yang mewajibkan mencuci kaki sebelum menaiki tangga. Oleh sebab itu, di samping tangga ditaruh ember yang berisi air. Setiap rumah panggung ini memiliki teras yang luas. Bagian bawah rumah panggung digunakan pemiliknya sebagai gudang atau garasi untuk memparkir motor. Selain rumah panggung, suku Bugis juga masih mempertahankan tradisi menenun sarung dan tradisi kuliner.
Berwisata ke kampung suku Bugis tidak hanya sekadar memanjakan mata tetapi juga lidah. Bagi pecinta makanan, budaya suku Bugis yang tertuang dalam kuliner juga memikat untuk dijelajahi. Ragam kuliner khas suku Bugis biasanya dapat dinikmati saat tertentu pada acara tradisional, yaitu perkawinan, acara keagamaan, dan sebagainya. Seperti pada Tradisi Lomban yang diadakan 7 hari setelah hari raja Idul Fitri. Awalnya dalam tradisi ini akan diisi tarian pencak silat dan sambung ayam, tetapi sekarang diganti dengan acara Slamatan yang akan menyajikan berbagai kue khas suku Bugis.
Beberapa contoh kue khas suku Bugis antara lain roti pasauyaitu semacam roti tawar yang terbuat dari tepung, kemudian dikukus dan dicetak menggunakan daun pisang. Cara menyajikan kue ini dengan menuangkan air gula atau air  sirup ke setiap irisan kue. Rasanya manis sekali. Biasanya kue ini disajikan pada acara hajatan atau saat bulan Ramadhan. Adapula kue putrid saheyang terbuat dari ketan ditumbuk hingga halus, setelah itu dibuat menjadi kue. Selain itu ada pula kue khas suku Bugis yang memiliki nama cukup unik, yaitu kue jatuh bangun. Berbahan dari adonan tepung terigu dan telur yang kemudian dikukus, baru setelah itu dituangkan ke dalam cetakan yang terlebih dahulu dilumuri dengan pasta cokelat, gula jawa, serta santan. Kue ini lalu dikukus kembali dan setelah matang kue ini dikeluarkan dari cetakan dengan cara dibalik dan disentakkan. Oleh sebab itu panganan ini diberi nama kue jatuh bangun. Bentuk kue ini tidak berbeda jauh dari kue spon, yang membedakan adalah rasanya dan proses memasak.
Dalam kesehariannya suku Bugis beserta seluruh penduduk Karimunjawa senang untuk mengkomsumsi seafood. Ketersediaan bahan pangan dari laut yang melimpah lebih mudah didapatkan daripada daging hewan seperti sapi. Selain yang telah disebutkan, masih banyak variasi kuliner suku Bugis yang ada di Karimunjawa. Meskipun tidak asli berasal dari Karimunjawa tetapi, masyarakat suku Bugis membuat kuliner tersebut menyesuaikan dengan cita rasa penduduk setempat dan ketersediaan bahan baku. Satu hal yang pasti bahwa kuliner suku Bugis tersebut memiliki cerita dan makna yang pantas untuk dilestarikan.
Diaspora yang dilakukan suku Bugis, telah membawa suku pelaut ini berpencar di seluruh Nusantara. Di daerah baru, mereka membentuk komunitasnya. Perkampungan suku Bugis di Pulau Kemojan memiliki keunikan tersendiri. Di tempat ini suku Bugis masih tetap mempertahankan tradisinya dan berusaha semirip mungkin bergaya hidup seperti dari daerah asli mereka. Dalam berkomunikasi mereka juga masih menggunakan bahasa daerah mereka serta berbahasa Jawa dan Indonesia. Kerukunan yang terjalin ini dapat memberikan contoh positif.
Dalam bidang pariwisata, perkampungan suku Bugis di Pulau Kemojan telah menjadi potensi untuk dapat menarik wisatawan. Berlibur di Pulau Kemojan tidak hanya dapat menikmati keindahan alamnya tetapi juga memberikan pengalaman budaya, terutama tradisi kemaritiman yang didapatkan di perkampungan suku Bugis ini. Wisatawan akan dapat menyaksikan bagaimana kehidupan sehari-hari suku laut ini di Pulau Kemojan yang masih termasuk dalam wilayah Jawa Tengah. Keunikan ini membuat kampung Anak Ogik memang pantas disebut sebagai magnet Pulau Kemojan-Karimunjawa.



Esai ini ditulis oleh Retnaningtyas Dwi Hapsari untuk diikutsertakan lomba menulis dalam rangka menyambut Hari Pers Nasional (HPN) Tahun 2016, yang diselengarakan oleh Kementrian Pariwisata Republik Indonesia.




Kampung Bugis Anak Ogik: Magnet Wisata Bahari di Pulau Kemojan-Kepulauan Karimunjawa Kampung Bugis Anak Ogik: Magnet Wisata Bahari di Pulau Kemojan-Kepulauan Karimunjawa Reviewed by pkn4all on Januari 19, 2016 Rating: 5

Berlayar Bersama Kapal Perang Pertama di Dunia

Januari 14, 2016
Ilustrasi Pertempuran Laut Dengan Kapal Galley

Sejak ribuan tahun yang lalu, bangsa-bangsa kuno seperti Mesir, Yunani, Persia, dan Romawi telah memiliki armada atau angkatan laut. Bangsa-bangsa ini telah melakukan pertempuran laut di sekitar Laut Mediterania. Kapal perang saat itu disebut dengan galley yang berlayar dengan menggunakan bantuan angin. Kapal ini juga menggunakan tenaga manusia untuk mendayung. Kira-kira ada 50 pendayung dalam kapal ini, masing-masing baris diisi 25 orang. Kecepatan tertinggi kapal ini diperkirakan hingga 9,5 knot. Kapal-kapal ini akan berusahan saling berbenturan dalam pertempuran. Apabila jarak antara kapal sudah semakin dekat, maka pasukan panah akan menyerang dengan menembahkan panah ke kapal lawan, selain itu para awak kapal akan saling menaiki kapal lawan untuk saling bertarung satu sama lainnya.
Dapat dikatakan model galley mirip dengan model kapal primitif bangsa vinking. Ciri khas galley adalah memiliki lambung kapal yang panjang dan ramping serta memiliki “clearance” yang rendah antara permukaan laut dengan pagar dek. Hampir semua jenis kapal ini memiliki  layar yang difungsikan sebagai pendorong kapal pada saat angin datang. Oleh karena kapal ini menggunakan tenaga manusia untuk mendayung, maka kapal dapat bergerak bebas tanpa terpengaruh angin dan arus laut. Galley berasal dari peradaban pelaut di sekitar Laut Midetarania pada 1000 tahun SM dan digunakan samai awal abad ke-19 M untuk perang, perdagangan, dan perompakan.
Model Sederhana Kapal Galley

Pada akhir abad ke-16 M, sebagai kapal perang, galleymulai dilengkapi senjata di seluruh bagian kapalnya, meliputi ram, katapel, dan meriam. Demikian pula para kru juga dilengkapi dengan senjata agar dapat mengalahkan musuh dalam jumlah yang lebih besar. Galley adalah kapal pertama yang menggunakan meriam nerat sebagai senjata anti-kapal. Akibatnya pada pertengahan, benteng di sekitar pantai mulai diubah desainnya agat kuat menerima serangan meriam.
Puncak penggunaan galley dalam peperangan terjadi pada akhir abad ke-16. Pertempuran Lepanto pada tahun 1571, merupakan salah satu pertempuran laut terbesar dengan menggunakan kapal ini. Memasuki abad ke-17, kapal layar Xebec dan kapal Hybrid mulai hadir dalam pertempuran laut. Kedua kapal tersebut pada umumnya digunakan di Samudera Atlantik, Karibia (daerahnya terbatas), Filipina, dan Samudera Hindia (periode modern awal). Kedua kapal tersebut juga digunakan sebagai kapal patroli untuk memerangi bajak laut. Pada abad ke- 18, galley masih digunakan dalam pertempuran laut antara Rusia, Swedia, dan Denmark. Kemunculan berbagai kapal jenis baru membuat ketenaran galleysecara perlahan semakin terbenam.



Berlayar Bersama Kapal Perang Pertama di Dunia Berlayar Bersama Kapal Perang Pertama di Dunia Reviewed by pkn4all on Januari 14, 2016 Rating: 5

Kerajaan Mughal : Cikal Bakal India Modern

Januari 07, 2016
Peradaban India menjadi salah satu panutan bagi bangsa lain terutama dalam bidang budaya. Kerajaan - kerajaan kuno India telah berdiri sebelum Masehi hingga era modern. Dimana masing - masing dinasti ini memiliki cerita tersendiri. Artikel ini akan membahas mengenai salah satu dari Kerajaan yang paling terkenal sepanjang sejarah India, yaitu Mughal.
Pada akhir dekade tahun 1400 - an, bangsa Mughal yang merupakan asli keturunan dari pemimpin Mongol Timur, diusir oleh orang Tatar yang juga dari Mongol agar meninggalkan wilayah Asia Tengah. Kemudian Bangsa Mughal secara beramai - ramai bergerak ke selatan dan menyerang India pada 1626. India Utara dapat ditaklukkan dengan mudah. Berikutnya, pada tahun 1600, mereka semakin memperluas kekuasannya dengan meyerang Dekka, di sebelah selatan India. Satu abad kemudian, seluruh India dapat dikuasai di bawah penguasaan Bangsa Mughal, kecuali wilayah ujung selatan India.
Walaupun Bangsa Mughal merupakan pemeluk agama Islam, tetapi kebanyakan penduduk India beragama Hindhu. Sementara itu di bagian India Utara, penduduknya merupakan penganut Hindhu Sikh yang didirikan oleh Guru Nanak pada awal tahun 1500 - an dan agama ini berpusat di Punjab. Kuil sucinya adalah Kuil Emas di Amritsar. Meskipun demikian, Bangsa Mughal merupakan bangsa yang toleran sehingga memberikan kebebasan dalam menjalankan agama masing-masing penduduknya.

Para raja Mughal senang menyewa seniman untuk melukis kisah dari karya sastra dan legenda. Mereka juga senang untuk mempelajari hewan dan tumbuhan. Setiap tahun bangsa Mughal akan pergi ke daerah Surat dan naik kapal ke Jeddah yang ada di Laut Merah, untuk menuaikan ibadah Haji. Nasi adalah makanan pokok kebanyakan orang India. Padi ditananm di Delta Sungai Gangga. Produksi kain katun adalah industri utama dari Kerajaan Mughal. Proses penenuan biasanya dilakukan oleh para perempuan.
Kerajaan Mughal menjalankan sistem perbankan yang efisien dengan memberikan kredit dalam bentuk koin emas dan perak pada pedagang Asia dan Afrika Timur. Harta berlimpah diperoleh dari perdagangan dengan Arab dan Eropa. Pertaniannya sangat maju, panen seral mereka lebih besar daripada Eropa, dan industri besi baja bermutu tinggi. Kerajaan ini juga mengekspor tekstil ke seluruh dunia.
Bangsa Mughal adalah arsitek dan pembangun yang hebat. Selama periode kejayaan mereka istana dan makam indah yang dikelilingi tanam dan kolam banyak dibangun, salah satunya adalah istana Taj Mahal yang terkenal karena menjadi simbol kesucian cinta. Istana ini adalah makam Raja Shan Janan dan istrinya.  Istana indah ini dibangun pada tahun 1630-an di Agra.  Pada tahun 1700-an Kerajaan Mughal diserang oleh orang Maratha Hindhu dari pantai barat. Perancis dan Inggris juga menyerbu. Tahun 1800, Inggris berhasil mengalahkan Perancis dan menguasai India.



Kerajaan Mughal : Cikal Bakal India Modern Kerajaan Mughal : Cikal Bakal India Modern Reviewed by pkn4all on Januari 07, 2016 Rating: 5

Misteri Penemuan (Katanya) Bahtera Nuh di Gunung Ararat, Turki?

Januari 05, 2016
Ilustrasi Bahtera Nuh

Beberapa tahun yang lalu ada sebuah penemuan yang menghebohkan dunia. Bahtera Nuh telah ditemukan di Gunung Ararat. Kisah tentang penyelamatan Nuh dengan menggunakan Bahtera terdapat dalam dua Kitab Suci milk agama Kristen (Alkitab) dan Islam (Al-quran). Sekarang ini banyak spekulasi yang muncul mengenai dimana letak pemberhentian bahtera tersebut. Dan yang paling terkenal adalah lokasi Gunung Ararat.
Kisah ini bermula pada tahun 1959, ketika seorang Kapten tentara Turki yang bernama Llhan Durupinar menemukan bentuk yang tidak biasa saat memeriksa foto udara negaranya. Tampak sebuah bentuk halus yang berukuran lebih besar dari lapangan sepak bola, berdiri diantara medan kasar dan berbatu di ketinggian 13.000 kaki dari permukaan laut, di dekat perbatasan Turki dengan Iran.
Tanah pegunungan di wilayah tersebut awalnya merupakan bagian dari Kerajaan Armenia, negara yang berusia ribuan tahun dan sering dianggap sebagai "bangsa Kristen pertama", sampai Turki mengambil alih wilayah itu pada awal abad ke-20.
Kapten Durupinar yang sering membaca Kitab Tabuat dalam Alkitab dan serta kisah tentang Gunung Ararat di Turki, tapi ia enggan untuk segera mengampil kesimpulan. Wilayah ini sangat jauh, namun dihuni oleh desa-desa kecil. Tidak ada laporan sebelumnya dari obyek aneh ini sebelumnya. Jadi ia memberikan negatif fotografi kepada ahli fotografi udara terkenal bernama Dr. Brandenburger, di Ohio State University.
Brandenburger merupakan orang yang bertanggung jawab untuk menemukan basis rudal Kuba selama era Kennedy dari foto pengintaian, dan setelah berhati-hati mempelajari foto itu, ia menyimpulkan:. "Saya tidak ragu sama sekali, bahwa objek ini adalah sebuah kapal Dalam seluruh karir saya, saya tidak pernah melihat sebuah objek seperti ini pada foto stereo".
Citra Yang Diperkirakan Bahtera Nuh Melalui Udara

Pada tahun 1960 gambar [atas] diterbitkan di majalah LIFE dengan judul Noahs Ark? Pada tahun yang sama sekelompok orang Amerika disertai Kapten Durupinar pergi ke situs tersebut. Mereka berharap dapat menemukan artefak atau sesuatu yang terkait dengan kapal. Mereka melakukan beberapa penggalian di daerah itu tetapi belummenemukan apa-apa, karena semuanya telah berubah menjadi bentukan alam.
Pada tahun 1977 Ron Wyatt mengunjungi situs itu. Setelah memperoleh izin resmi, Ron dan kawan-kawannya melakukan penelitian yang lebih menyeluruh selama beberapa tahun. Mereka menggunakan survei logam deteksi, melakukan radar scan di bawah permukaan, dan analisis kimia dan temuan mereka sangat mengejutkan. Mereka menyatakan bahwa kayu yang diambil dari situs ini berusia 2.800 SM. Bukti itu tak terbantahkan. Mereka menyatakan bahwa benar ini adalah Bahtera Nuh.
Bukti paling signifikan yang ditemukan dari situs ini adalah sepotong kayu membatu. Ketika pertama kali ditemukan itu tampak sebagai balok besar. Tapi setelah pemeriksaan lebih dekat itu sebenarnya tiga buah papan yang telah dilaminasi bersama-sama dengan beberapa jenis lem organik. Ini adalah teknologi yang sama digunakan dalam kayu lapis modern. Laminasi membuat kekuatan total kayu jauh lebih besar dari kekuatan gabungan dari potongan-potongan. Hal ini menunjukkan pengetahuan konstruksi jauh melampaui apa pun yang kita tahu ada di dunia kuno.
Artefak Yang Ditemukan Di Situs Bahtera Nuh

Detektor logam sensitif juga menemukan hal yang mengejutkan. Tim menemukan cakram besar berbentuk paku keling. Dari pengamatan terlihat bahwa paku keling tersebut dipalu setelah dimaksukkan ke lubang bawah.
Sebuah analisis dari logam mengungkapkan bahwa paku tersebut terbuat dari besi (8,38%), aluminium (8.35%) dan titanium (1,59%). Aluminium terbuat dari campuran logam. Aluminium tidak langsung didapatkan dari alam. Ini berarti telah ada pengetahuan yang sangat canggih dalam bidang metalurgi dan rekayasa. Karakteristik dari paduan besi-aluminium telah diteliti oleh Bulletin Kimia Rusia (2005) dan mengungkapkan bahwa paduan tersebut membentuk lapisan tipis aluminium oksida yang melindungi bahan dari karat dan korosi. Penambahan titanium akan memberikan kekuatan tambahan. Hal ini tampaknya telah bekerja. Paku keling telah bertahan dari zaman kuno hingga kini.
“Sampai sekarang belum dikatakan bahwa 100 % itu adalah Bahtera Nuh, tetapi 99% telah dapat diyakini bahwa itu adalah Bahtera Nuh”.

Sumber:


Misteri Penemuan (Katanya) Bahtera Nuh di Gunung Ararat, Turki? Misteri Penemuan (Katanya) Bahtera Nuh di Gunung Ararat, Turki? Reviewed by pkn4all on Januari 05, 2016 Rating: 5
ads 728x90 B
Diberdayakan oleh Blogger.