Siapa sangka seorang gadis desa berumur 17 tahun dapat mengubah nasib bangsanya? dari rekor Prancis yang terus menerus kalah perang selama belasan tahun hingga kemenangan besar pertama terhadap Inggris. padahal Joan of Arc tumbuh besar secara normal, tidak pernah berhubungan dengan perang ataupun menerima pendidikan militer.
Kisah dimulai ketika Joan tiba-tiba mengajak kerabatnya mencari seorang komandan garnisun di desanya untuk diantar kepada Charles, calon raja Prancis. tentu ini adalah sebuah permintaan yang tidak masuk akal, tetapi sang gadis mengaku sebagai 1-1nya individu yang mampu menyelamatkan Prancis dari kehancuran.
Mendengar hal ini Joan diusir karena dianggap mengada-ada. tetapi sang gadis tidak menyerah begitu saja, setahun kemudian Joan berhasil meyakinkan dua orang knights bawahan sang komandan dan akhirnya diizinkan untuk pergi menemui Charles.
Pertemuan ini bukan hal yang mudah karena Charles berada jauh di pedalaman selatan. hal ini terjadi karena perang sudah berjalan demikian buruk bagi Prancis yang tidak hanya menghadapi Inggris tetapi juga perang saudara dengan bangsanya sendiri. kota-kota besar di utara seperti Paris sudah jatuh ke tangan lawan. sedangkan yang setia terhadap kerajaan berada jauh di selatan.
Tidak puas hanya dengan utara, Inggris dan sekutunya perlahan menyerang ke selatan. ketika Joan pergi 1-1nya pertahanan Prancis yang menghalangi akses ke selatan adalah sungai Loire dan kota Orleans. kota tersebut memiliki jembatan besar ke selatan dan Inggris sangat membutuhkannya untuk menyebrangkan sejumlah besar pasukan dan logistik. Orleans juga dianggap bisa menjadi duri dalam daging apabila dibiarkan bebas karena memiliki garnisun yang masih kuat.
Akibatnya Orleans digempur selama beberapa bulan. walau melakukan perlawanan sengit tetapi setelah beberapa bulan pertahanan kota mulai kedodoran. tetapi tidak pernah ada yang pasti dalam perang, ketika sudah berada di atas angin Inggris malah tertimpa sial. pemimpin mereka tewas dalam sebuah kecelakaan meriam. hal ini menyulut krisis kepemimpinan dan memberikan waktu berharga bagi Prancis untuk memperbaiki pertahanan kota.
Setelah perbaikan maka situasi perang agak berimbang. Inggris kembali kesulitan menerobos masuk secara frontal sedangkan Prancis belum bisa membuka kepungan. keduanya praktis menunggu bala bantuan. naas kemudian adalah giliran Prancis untuk mengalami kesialan. hanya karena urusan salah koordinasi maka salah satu bala bantuan yang dinanti-nanti justru hancur berantakan secara memalukan setelah kepergok Inggris dalam battle of herrings.
Dalam situasi demikian yang menambah panjang daftar kejadian buruk selama berbulan-bulan datanglah Joan ke hadapan Charles. sang gadis berpakaian dan berpotongan rambut ala laki-laki karena harus menempuh perjalanan melewati daerah lawan dari Domremy ke Chinon. perjalanan berbahaya tersebut menarik perhatian banyak orang di Selatan. mungkin ini adalah kali pertama kehebatan Joan terbukti manjur karena ia dan rombongan pengawal yang hanya 4 orang nyatanya bisa tiba dengan selamat.
Joan bercerita telah melihat sosok surgawi yang menugaskannya untuk menyelamatkan Prancis dan membantu Charles untuk naik takhta. ketika ditanyakan bagaimana raja akan dilantik apabila upacara harus berlangsung di Reims yang jauh di utara sedangkan Orleans saja sedang diblokade Inggris, Joan mengatakan bahwa ia akan membebaskan Orleans. tidak langsung percaya tetapi terkesima dengan kepercayaan diri sang gadis, Charles mengirimkannya kepada ahli agama untuk diperiksa.
Setelah beberapa hari tanya jawab ahli agama tidak menemukan hal yang salah pada diri Joan. walaupun demikian mereka juga tidak dapat memastikan kebenaran kisahnya. mendengar ini Charles merasakan adanya sebuah kesempatan dan memutuskan untuk menggunakan Joan, setidaknya untuk sementara. sesuai permintaan dari Joan maka ia dijadikan sebagai Kapten Kepala (setara dengan Jendral modern, hanya di bawah Marshal) dan memimpin seluruh sisa militer Prancis untuk menyelamatkan Orleans.
Ditemani beberapa kapten senior, Joan menggalang pasukan bantuan dan segera bergabung dengan konvoi yang menuju Orleans. dalam perjalanan ia dibohongi ketika memberikan perintah untuk langsung menyerang posisi Inggris ketika tiba di Orlenas. para kaptennya yang merasa jauh lebih paham urusan militer memilih pendekatan yang lebih aman, mengutamakan misi untuk mengirimkan bantuan logistik yang sangat dibutuhkan oleh Orleans.
Betapa marahnya Joan ketika ia melihat bahwa ia tiba di sisi selatan kota yang aman, bukan utara yang langsung berhadapan dengan lawan seperi yang ia minta. setelah kejadian ini Joan menunjukkan sedikit pengetahuan militer dimana ia menyatakan untuk tidak membagi 2 pasukannya (yang 1 mengantar supply, yang 1 harus menjaga di pinggir sungai dari kemungkinan serangan) yang bisa dihancurkan oleh Inggris secara mudah satu per satu.
Untungnya para kaptennya berhasil mendamaikan dengan mengedepankan rakyat Orleans yang membutuhkan bantuan logistik dan menanti kehadirannya. Joan menerima nasihat mereka setelah pasukan Orleans keluar untuk menyambut Joan serta memberikan perlindungan. Joan dan pasukannya dengan perahu berhasil masuk ke Orleans dengan sambutan bagai pahlawan.
Dengan status barunya sebagai pahlawan Joan membentuk militia yang patuh dan setia terhadapnya. dalam rapat perang di dalam kota ia dengan jelas menyebutkan keinginannya untuk bertempur secara aktif balas menyerang bukan defensif. walaupun banyak yang menentang tetapi keberanian sang gadis yang menjadi pemimpin baru mereka dengan cepat menulari para perwira dan rakyat kota sehingga sehari setelahnya mereka mengubah cara bertempur.
Prancis tidak lagi pasif bertahan tetapi aktif melawan. tidak lantas senang Joan malah frustrasi karena terus dijaga jauh dari pertempuran oleh para seniornya. ia juga tidak diberitahukan tentang kapan pertempuran akan berlangsung agar tidak turut campur. tetapi Joan dengan keras kepala dan kengototannya yang legendaris hampir selalu mampu hadir di garis depan dalam banyak pertempuran dan membuatnya menjadi sosok yang disegani kawan dan lawan.
Dalam satu kesempatan Joan sempat berkirim surat kepada Inggris yang menjadi lawannya. pesannya menunjukkan dirinya sebagai pribadi yang kompleks. Joan menggunakan cara pandang orang ketiga yang tentu tidak umum digunakan, seperti si Budi yang menulis surat kepada Tono dengan menyebutkan "Si Budi ingin bertemu dengan Tono." alih-alih langsung saja menulis "Ton, ane ingin ketemu"
Joan menyebut dirinya sebagai "the Maid" atau sang gadis, julukan tersebut kemudian melekat dengan dirinya sebagai the Maid of Orleans. gaya penulisan suratnya dengan cerdas membedakan kapasitas dirinya sebagai Joan secara pribadi dengan Joan yang juga memiliki kapasitas sebagai pemimpin militer Prancis.
Suratnya dengan lugas mengecam klaim politis Inggris atas wilayah Prancis, serta keikutsertaan mereka dalam perang saudara Prancis. Joan juga mengancam opsi militer terhadap lawannya apabila tidak mematuhi ultimatumnya. surat ini tidak terkesan berasal dari seorang gadis pedesaan yang buta huruf melainkan bagaikan ditulis oleh seorang jendral senior yang sudah kenyang perang, bernyali dan terbiasa dengan intrik politik. Joan of Arc Letters.
Pada 4 hari bersejarah jatuh bangunnya Prancis dalam siege kota Orleans yang menentukan, Joan memberikan keputusan untuk menyerang lawan secara frontal. para kaptennya banyak yang tidak bersedia melakukannya, Joan akhirnya nekat memimpin sendiri. begitu yakin dengan keputusannya hingga Joan sempat mengancam untuk membunuh penjaga gerbang padahal yang awalnya tidak mau membukakan pintu gerbang untuknya.
Walaupun pada beberapa kesempatan terdahulu hampir terjadi blunder dan Joan pun sempat terluka besar dan kecil, tetapi optimisme yang tumbuh dari pasukan yang semula terus bertahan menjadi aktif menyerang mengubah dinamisme pertempuran. Inggris yang terbagi ke dalam banyak tempat dan lokasi untuk menjaga posisi yang sudah mereka raih akhirnya terpaksa bertahan. tempo dan inisiatif perang beralih ke tangan Prancis yang semakin bersemangat dan percaya diri setelah meraih beberapa kemenangan kecil.
Setelah terluka dari pertempuran hari-hari sebelumnya sekalipun Joan keesokan harinya tetap hadir di garis depan. hal ini menjaga semangat kuat pasukannya yang terus melakukan serangan balik. setelah beberapa pertempuran melelahkan akhirnya di hari ke 9 setelah kedatangan Joan di Orleans, Inggris terpaksa membuka kepungannya. bagi Inggris pengepungan tidak lagi efektif apabila Prancis dapat mengirimkan bala bantuan terus menerus ke Orleans melalui jalur selatan yang sudah kembali dikuasai kembali oleh Prancis.
Mundurnya pasukan Inggris yang sebelumnya tampak tidak terkalahkan beserta dengan begitu cepatnya keadaan berubah dari kepastian hampir kalah membuat Joan menjadi sosok pujaan prajurit, warga kota Orleans dan nantinya seluruh rakyat Prancis.
Belum selesai dengan Orleans, sehari kemudian kedua pasukan bertemu berhadapan di medan terbuka. kali ini Joan menggunakan alasan bahwa hari tersebut adalah hari Minggu yang suci, dan kemudian menahan pasukannya dari pertempuran. padahal banyak yang ingin untuk mengejar Inggris selagi mundur.
Mengenai hal ini ahli militer modern memuji keputusan Joan. pada kejadian tersebut adalah konyol bagi Prancis untuk mempertaruhkan kemenangan besar mereka di Orleans hanya untuk mengejar Inggris tanpa tujuan yang jelas, padahal risikonya besar. apalagi pasukan Inggris walau bisa dibilang sudah dipukul mundur tetapi nyatanya masih berjumlah lebih banyak dan peralatannya masih lengkap, sedangkan pasukan di Orleans sudah kepayahan.
Kalaupun menang mereka hanya akan mengurangi pasukan Inggris yang masih memiliki pasukan di kota-kota lainnya. dan apabila Prancis kalah maka seluruh hasil kerja keras mereka akan musnah, Orleans bisa jadi kembali berpindah tangan. lebih berbahaya lagi bagi Prancis adalah hilangnya seluruh harapan rakyat yang timbul pada diri Joan yang mulai menjadi simbol bagi perlawanan dan kemenangan Prancis.
Tidak bersenang dengan kemenangan besar pertamanya, Joan segera meyakinkan Charles dan para kaptennya untuk melakukan penyerangan jauh ke utara, ke kota Reims tempat dimana upacara penobatan raja Prancis bisa dilangsungkan. Joan beralasan bawa setelah Prancis secara resmi memiliki seorang Raja maka keabsahan klaim Inggris akan semakin pudar dan lemah di mata rakyat.
Tetapi jarak Reims yang terletak hampir dua kali lipat lebih dalam di jantung wilayah lawan dariapda kota Paris sekalipun mau tidak mau membuat ragu banyak pihak. tapi keyakinan diri Joan begitu kuat sehingga hampir semua orang memutuskan untuk ikut dengan rencananya apalagi setelah seorang komandan senior menilai rencana perang Joan yang begitu nekat sama sekali tidak akan diduga oleh Inggris (sehingga mendapatkan unsur kejutan).
Setelah mengamankan beberapa posisi strategis, Prancis bergerak ke arah Reims. banyak kota di perjalanan yang masih setia atau gentar terhadap ketenaran Joan sehingga kembali menyerah takluk. Inggris dan sekutunya yang sedang sibuk memperkuat Paris karena mengira akan menjadi target berikutnya terkejut dengan gerakan Prancis tersebut sehingga hanya mampu mengirimkan bala bantuan dengan tergesa-gesa yang kemudian dihancurkan Prancis dalam battle of patay.
Akhirnya kota Reims bisa jatuh dengan cepat dan Charles dapat naik takhta dengan upacara lengkap sesuai tradisi. hal tersebut menguatkan klaim nya sebagai raja Prancis yang sah sebenar-benarnya di mata rakyat dan juga negara tetangga. Joan hadir dalam upacara tersebut pada posisi kunci yang mengindikasikan besarnya kontribusi yang telah ia perbuat bagi sang raja baru dan juga Prancis.
Tetapi disinilah juga karier militer Joan meredup. dalam kondisi militer yang sudah lebih baik penyerangan ke kota Paris yang ia pimpin tidak membuahkan hasil, bahkan menjadi sebuah blunder yang sia-sia. di sela-sela perundingan damai dan gencatan senjata Joan mencoba menjalin hubungan dengan para tokoh-tokoh perang saudara lainnya, berharap mereka bersedia memberontak terhadap sekutu Inggris.
Dengan uang hadiah dari raja, Joan juga merekrut dan memelihara pasukannya sendiri. ketika perang kembali meletus, ia segera aktif berperang tanpa menunggu bala bantuan atau persetujuan dari pemimpin militer Prancis lainnya. akhirnya dalam usaha gagal untuk menyelamatkan salah satu kota yang diserang, Joan tertangkap ketika memimpin pasukan yang menjaga barisan belakang (rear guard) ketika pasukan utamanya mundur.
Begitulah gaya kepemimpinan Joan of Arc memimpin sendiri penyerangan dengan berada di garis terdepan dan mundur paling akhir bersamaan dengan pasukan paling belakang. hal yang membuatnya dihormati, disegani oleh kawan dan lawan. sekarang harga dari risikonya ia bayar lunas dengan menjadi tawanan. ia diadili secara kontroversial sebagai seorang gadis dengan kepercayaan sesat. walaupun tidak ada bukti namun Joan pada akhirnya dihukum mati dengan cara dibakar. ketika itu ia baru berusia 19 tahun.
Di akhir hidupnya Joan melakukan beberapa hal yang mengukuhkan statusnya sebagai sosok yang luar biasa. ia yang tidak berpendidikan berhasil mempertahankan dirinya dari dakwaan dan jeratan serta jebakan para ahli teologis. mereka yang ahli agama dibuat pusing oleh seorang gadis yang bahkan dengan siksaan tidak dapat mereka patahkan semangatnya. pada salah satu usaha melarikan diri juga ia pernah melompat dari tower setinggi belasan meter dan selamat dengan sedikit luka.
Joan adalah sosok yang kontroversial, sebagai pemimpin militer ia seringkali dikecilkan peranannya karena tampak tidak masuk akal mengingat dirinya sebagai seorang gadis muda yang tanpa pengalaman atau pendidikan militer. tapi catatan tindakannya dalam perang membuktikan dirinya sebagai seorang pemimpin militer yang kapabel dan genius.
Terkesan tidak logis, lebih aneh dari fiksi tetapi demikianlah sejarah mencatat. pada film sosok Joan dikisahkan sebagai seorang maskot atau morale booster. berguna untuk merektur militia, levied troops dan menjaga semangat. tetapi ia lebih dari itu, keputusannya jelas memiliki nilai strategis dan keberaniannya menginspirasi semangat tempur dan nyali pasukan Prancis.
Mungkin peran Joan yang terbesar bagi militer Prancis adalah kejelasan komando militer. apabila sebelumnya sering terjadi kebingungan karena para kapten dan sekutu saling berbeda pendapat. di bawah Joan yang jauh lebih ngotot daripada mereka semua, prajurit Prancis mengikuti perintahnya seorang. tidak ada kebingungan, maju ataupun mundur ia selalu berada di tengah mereka.
Selain dari itu Joan juga memiliki sisi inovatif. berbeda dengan pemimpin militer lainnya yang kurang update karena menerima pendidikan militer yang sudah kolot, Joan melihat potensi dan kemampuan dari senjata baru seperti artilery meriam dan senjata bubuk mesiu kuno sebagai apa adanya. ia tidak bias dengan nilai kehormatan kesatria atau chivalrious dalam pertempuran. ia melihat perang sebagai perang, sebuah konflik yang harus dimenangkan dengan segala cara.
Tidak terbatas pada perang langsung, Joan pun berhasil menjalin gerakan resistensi loyalis yang melakukan pemberontakan terhadap sekutu Inggris. menunjukkan pemahaman tentang aspek lain dari perang. pada akhirnya rakyat Prancis semakin terbentuk identitas nasionalnya yang memupuk jalan menuju rekonsiliasi dari perang saudara.
Dua puluh tahun setelah kematiannya perang saudara di Prancis berakhir dengan perdamaian. sedangkan Inggris terusir secara total dari wilayah Prancis. menutup babak akhir dari perang seratus tahun antara Inggris dan Prancis yang sudah berjalan selama 115 tahun.
Kisah dimulai ketika Joan tiba-tiba mengajak kerabatnya mencari seorang komandan garnisun di desanya untuk diantar kepada Charles, calon raja Prancis. tentu ini adalah sebuah permintaan yang tidak masuk akal, tetapi sang gadis mengaku sebagai 1-1nya individu yang mampu menyelamatkan Prancis dari kehancuran.
Mendengar hal ini Joan diusir karena dianggap mengada-ada. tetapi sang gadis tidak menyerah begitu saja, setahun kemudian Joan berhasil meyakinkan dua orang knights bawahan sang komandan dan akhirnya diizinkan untuk pergi menemui Charles.
Nama aslinya adalah Jehanne d'Arc, dikenal juga sebagai Maid of Orleans. |
Pertemuan ini bukan hal yang mudah karena Charles berada jauh di pedalaman selatan. hal ini terjadi karena perang sudah berjalan demikian buruk bagi Prancis yang tidak hanya menghadapi Inggris tetapi juga perang saudara dengan bangsanya sendiri. kota-kota besar di utara seperti Paris sudah jatuh ke tangan lawan. sedangkan yang setia terhadap kerajaan berada jauh di selatan.
Tidak puas hanya dengan utara, Inggris dan sekutunya perlahan menyerang ke selatan. ketika Joan pergi 1-1nya pertahanan Prancis yang menghalangi akses ke selatan adalah sungai Loire dan kota Orleans. kota tersebut memiliki jembatan besar ke selatan dan Inggris sangat membutuhkannya untuk menyebrangkan sejumlah besar pasukan dan logistik. Orleans juga dianggap bisa menjadi duri dalam daging apabila dibiarkan bebas karena memiliki garnisun yang masih kuat.
Akibatnya Orleans digempur selama beberapa bulan. walau melakukan perlawanan sengit tetapi setelah beberapa bulan pertahanan kota mulai kedodoran. tetapi tidak pernah ada yang pasti dalam perang, ketika sudah berada di atas angin Inggris malah tertimpa sial. pemimpin mereka tewas dalam sebuah kecelakaan meriam. hal ini menyulut krisis kepemimpinan dan memberikan waktu berharga bagi Prancis untuk memperbaiki pertahanan kota.
Setelah perbaikan maka situasi perang agak berimbang. Inggris kembali kesulitan menerobos masuk secara frontal sedangkan Prancis belum bisa membuka kepungan. keduanya praktis menunggu bala bantuan. naas kemudian adalah giliran Prancis untuk mengalami kesialan. hanya karena urusan salah koordinasi maka salah satu bala bantuan yang dinanti-nanti justru hancur berantakan secara memalukan setelah kepergok Inggris dalam battle of herrings.
Pengepungan Inggris (merah) terhadap Orleans, mencoba memotong jalur logistik dan memaksa kota untuk menyerah. |
Dalam situasi demikian yang menambah panjang daftar kejadian buruk selama berbulan-bulan datanglah Joan ke hadapan Charles. sang gadis berpakaian dan berpotongan rambut ala laki-laki karena harus menempuh perjalanan melewati daerah lawan dari Domremy ke Chinon. perjalanan berbahaya tersebut menarik perhatian banyak orang di Selatan. mungkin ini adalah kali pertama kehebatan Joan terbukti manjur karena ia dan rombongan pengawal yang hanya 4 orang nyatanya bisa tiba dengan selamat.
Joan bercerita telah melihat sosok surgawi yang menugaskannya untuk menyelamatkan Prancis dan membantu Charles untuk naik takhta. ketika ditanyakan bagaimana raja akan dilantik apabila upacara harus berlangsung di Reims yang jauh di utara sedangkan Orleans saja sedang diblokade Inggris, Joan mengatakan bahwa ia akan membebaskan Orleans. tidak langsung percaya tetapi terkesima dengan kepercayaan diri sang gadis, Charles mengirimkannya kepada ahli agama untuk diperiksa.
Setelah beberapa hari tanya jawab ahli agama tidak menemukan hal yang salah pada diri Joan. walaupun demikian mereka juga tidak dapat memastikan kebenaran kisahnya. mendengar ini Charles merasakan adanya sebuah kesempatan dan memutuskan untuk menggunakan Joan, setidaknya untuk sementara. sesuai permintaan dari Joan maka ia dijadikan sebagai Kapten Kepala (setara dengan Jendral modern, hanya di bawah Marshal) dan memimpin seluruh sisa militer Prancis untuk menyelamatkan Orleans.
Ditemani beberapa kapten senior, Joan menggalang pasukan bantuan dan segera bergabung dengan konvoi yang menuju Orleans. dalam perjalanan ia dibohongi ketika memberikan perintah untuk langsung menyerang posisi Inggris ketika tiba di Orlenas. para kaptennya yang merasa jauh lebih paham urusan militer memilih pendekatan yang lebih aman, mengutamakan misi untuk mengirimkan bantuan logistik yang sangat dibutuhkan oleh Orleans.
Perhatikan letak Domremy, Chinon, Orleans dan Reims. kekuasaan Inggris (Merah) dan sekutunya (Ungu). |
Betapa marahnya Joan ketika ia melihat bahwa ia tiba di sisi selatan kota yang aman, bukan utara yang langsung berhadapan dengan lawan seperi yang ia minta. setelah kejadian ini Joan menunjukkan sedikit pengetahuan militer dimana ia menyatakan untuk tidak membagi 2 pasukannya (yang 1 mengantar supply, yang 1 harus menjaga di pinggir sungai dari kemungkinan serangan) yang bisa dihancurkan oleh Inggris secara mudah satu per satu.
Untungnya para kaptennya berhasil mendamaikan dengan mengedepankan rakyat Orleans yang membutuhkan bantuan logistik dan menanti kehadirannya. Joan menerima nasihat mereka setelah pasukan Orleans keluar untuk menyambut Joan serta memberikan perlindungan. Joan dan pasukannya dengan perahu berhasil masuk ke Orleans dengan sambutan bagai pahlawan.
Dengan status barunya sebagai pahlawan Joan membentuk militia yang patuh dan setia terhadapnya. dalam rapat perang di dalam kota ia dengan jelas menyebutkan keinginannya untuk bertempur secara aktif balas menyerang bukan defensif. walaupun banyak yang menentang tetapi keberanian sang gadis yang menjadi pemimpin baru mereka dengan cepat menulari para perwira dan rakyat kota sehingga sehari setelahnya mereka mengubah cara bertempur.
Prancis tidak lagi pasif bertahan tetapi aktif melawan. tidak lantas senang Joan malah frustrasi karena terus dijaga jauh dari pertempuran oleh para seniornya. ia juga tidak diberitahukan tentang kapan pertempuran akan berlangsung agar tidak turut campur. tetapi Joan dengan keras kepala dan kengototannya yang legendaris hampir selalu mampu hadir di garis depan dalam banyak pertempuran dan membuatnya menjadi sosok yang disegani kawan dan lawan.
Warga Kota Orleans sudah lama mendengar ramalan akan diselamatkan oleh sosok wanita berbaju besi |
Dalam satu kesempatan Joan sempat berkirim surat kepada Inggris yang menjadi lawannya. pesannya menunjukkan dirinya sebagai pribadi yang kompleks. Joan menggunakan cara pandang orang ketiga yang tentu tidak umum digunakan, seperti si Budi yang menulis surat kepada Tono dengan menyebutkan "Si Budi ingin bertemu dengan Tono." alih-alih langsung saja menulis "Ton, ane ingin ketemu"
Joan menyebut dirinya sebagai "the Maid" atau sang gadis, julukan tersebut kemudian melekat dengan dirinya sebagai the Maid of Orleans. gaya penulisan suratnya dengan cerdas membedakan kapasitas dirinya sebagai Joan secara pribadi dengan Joan yang juga memiliki kapasitas sebagai pemimpin militer Prancis.
Suratnya dengan lugas mengecam klaim politis Inggris atas wilayah Prancis, serta keikutsertaan mereka dalam perang saudara Prancis. Joan juga mengancam opsi militer terhadap lawannya apabila tidak mematuhi ultimatumnya. surat ini tidak terkesan berasal dari seorang gadis pedesaan yang buta huruf melainkan bagaikan ditulis oleh seorang jendral senior yang sudah kenyang perang, bernyali dan terbiasa dengan intrik politik. Joan of Arc Letters.
Pada 4 hari bersejarah jatuh bangunnya Prancis dalam siege kota Orleans yang menentukan, Joan memberikan keputusan untuk menyerang lawan secara frontal. para kaptennya banyak yang tidak bersedia melakukannya, Joan akhirnya nekat memimpin sendiri. begitu yakin dengan keputusannya hingga Joan sempat mengancam untuk membunuh penjaga gerbang padahal yang awalnya tidak mau membukakan pintu gerbang untuknya.
Walaupun pada beberapa kesempatan terdahulu hampir terjadi blunder dan Joan pun sempat terluka besar dan kecil, tetapi optimisme yang tumbuh dari pasukan yang semula terus bertahan menjadi aktif menyerang mengubah dinamisme pertempuran. Inggris yang terbagi ke dalam banyak tempat dan lokasi untuk menjaga posisi yang sudah mereka raih akhirnya terpaksa bertahan. tempo dan inisiatif perang beralih ke tangan Prancis yang semakin bersemangat dan percaya diri setelah meraih beberapa kemenangan kecil.
Senjata utama Joan dalam perang adalah panji benderanya |
Setelah terluka dari pertempuran hari-hari sebelumnya sekalipun Joan keesokan harinya tetap hadir di garis depan. hal ini menjaga semangat kuat pasukannya yang terus melakukan serangan balik. setelah beberapa pertempuran melelahkan akhirnya di hari ke 9 setelah kedatangan Joan di Orleans, Inggris terpaksa membuka kepungannya. bagi Inggris pengepungan tidak lagi efektif apabila Prancis dapat mengirimkan bala bantuan terus menerus ke Orleans melalui jalur selatan yang sudah kembali dikuasai kembali oleh Prancis.
Mundurnya pasukan Inggris yang sebelumnya tampak tidak terkalahkan beserta dengan begitu cepatnya keadaan berubah dari kepastian hampir kalah membuat Joan menjadi sosok pujaan prajurit, warga kota Orleans dan nantinya seluruh rakyat Prancis.
Belum selesai dengan Orleans, sehari kemudian kedua pasukan bertemu berhadapan di medan terbuka. kali ini Joan menggunakan alasan bahwa hari tersebut adalah hari Minggu yang suci, dan kemudian menahan pasukannya dari pertempuran. padahal banyak yang ingin untuk mengejar Inggris selagi mundur.
Mengenai hal ini ahli militer modern memuji keputusan Joan. pada kejadian tersebut adalah konyol bagi Prancis untuk mempertaruhkan kemenangan besar mereka di Orleans hanya untuk mengejar Inggris tanpa tujuan yang jelas, padahal risikonya besar. apalagi pasukan Inggris walau bisa dibilang sudah dipukul mundur tetapi nyatanya masih berjumlah lebih banyak dan peralatannya masih lengkap, sedangkan pasukan di Orleans sudah kepayahan.
Kalaupun menang mereka hanya akan mengurangi pasukan Inggris yang masih memiliki pasukan di kota-kota lainnya. dan apabila Prancis kalah maka seluruh hasil kerja keras mereka akan musnah, Orleans bisa jadi kembali berpindah tangan. lebih berbahaya lagi bagi Prancis adalah hilangnya seluruh harapan rakyat yang timbul pada diri Joan yang mulai menjadi simbol bagi perlawanan dan kemenangan Prancis.
Sosok Joan of Arc yang terbiasa menantang maut pertempuran |
Tidak bersenang dengan kemenangan besar pertamanya, Joan segera meyakinkan Charles dan para kaptennya untuk melakukan penyerangan jauh ke utara, ke kota Reims tempat dimana upacara penobatan raja Prancis bisa dilangsungkan. Joan beralasan bawa setelah Prancis secara resmi memiliki seorang Raja maka keabsahan klaim Inggris akan semakin pudar dan lemah di mata rakyat.
Tetapi jarak Reims yang terletak hampir dua kali lipat lebih dalam di jantung wilayah lawan dariapda kota Paris sekalipun mau tidak mau membuat ragu banyak pihak. tapi keyakinan diri Joan begitu kuat sehingga hampir semua orang memutuskan untuk ikut dengan rencananya apalagi setelah seorang komandan senior menilai rencana perang Joan yang begitu nekat sama sekali tidak akan diduga oleh Inggris (sehingga mendapatkan unsur kejutan).
Setelah mengamankan beberapa posisi strategis, Prancis bergerak ke arah Reims. banyak kota di perjalanan yang masih setia atau gentar terhadap ketenaran Joan sehingga kembali menyerah takluk. Inggris dan sekutunya yang sedang sibuk memperkuat Paris karena mengira akan menjadi target berikutnya terkejut dengan gerakan Prancis tersebut sehingga hanya mampu mengirimkan bala bantuan dengan tergesa-gesa yang kemudian dihancurkan Prancis dalam battle of patay.
Akhirnya kota Reims bisa jatuh dengan cepat dan Charles dapat naik takhta dengan upacara lengkap sesuai tradisi. hal tersebut menguatkan klaim nya sebagai raja Prancis yang sah sebenar-benarnya di mata rakyat dan juga negara tetangga. Joan hadir dalam upacara tersebut pada posisi kunci yang mengindikasikan besarnya kontribusi yang telah ia perbuat bagi sang raja baru dan juga Prancis.
Penobatan Charles sebagai Raja Prancis, Joan berada di belakangnya. |
Tetapi disinilah juga karier militer Joan meredup. dalam kondisi militer yang sudah lebih baik penyerangan ke kota Paris yang ia pimpin tidak membuahkan hasil, bahkan menjadi sebuah blunder yang sia-sia. di sela-sela perundingan damai dan gencatan senjata Joan mencoba menjalin hubungan dengan para tokoh-tokoh perang saudara lainnya, berharap mereka bersedia memberontak terhadap sekutu Inggris.
Dengan uang hadiah dari raja, Joan juga merekrut dan memelihara pasukannya sendiri. ketika perang kembali meletus, ia segera aktif berperang tanpa menunggu bala bantuan atau persetujuan dari pemimpin militer Prancis lainnya. akhirnya dalam usaha gagal untuk menyelamatkan salah satu kota yang diserang, Joan tertangkap ketika memimpin pasukan yang menjaga barisan belakang (rear guard) ketika pasukan utamanya mundur.
Begitulah gaya kepemimpinan Joan of Arc memimpin sendiri penyerangan dengan berada di garis terdepan dan mundur paling akhir bersamaan dengan pasukan paling belakang. hal yang membuatnya dihormati, disegani oleh kawan dan lawan. sekarang harga dari risikonya ia bayar lunas dengan menjadi tawanan. ia diadili secara kontroversial sebagai seorang gadis dengan kepercayaan sesat. walaupun tidak ada bukti namun Joan pada akhirnya dihukum mati dengan cara dibakar. ketika itu ia baru berusia 19 tahun.
Di akhir hidupnya Joan melakukan beberapa hal yang mengukuhkan statusnya sebagai sosok yang luar biasa. ia yang tidak berpendidikan berhasil mempertahankan dirinya dari dakwaan dan jeratan serta jebakan para ahli teologis. mereka yang ahli agama dibuat pusing oleh seorang gadis yang bahkan dengan siksaan tidak dapat mereka patahkan semangatnya. pada salah satu usaha melarikan diri juga ia pernah melompat dari tower setinggi belasan meter dan selamat dengan sedikit luka.
Tanda tangan asli Joan dalam dokumen, kemampuannya membaca dan menulis masih diperdebatkan |
Joan adalah sosok yang kontroversial, sebagai pemimpin militer ia seringkali dikecilkan peranannya karena tampak tidak masuk akal mengingat dirinya sebagai seorang gadis muda yang tanpa pengalaman atau pendidikan militer. tapi catatan tindakannya dalam perang membuktikan dirinya sebagai seorang pemimpin militer yang kapabel dan genius.
Terkesan tidak logis, lebih aneh dari fiksi tetapi demikianlah sejarah mencatat. pada film sosok Joan dikisahkan sebagai seorang maskot atau morale booster. berguna untuk merektur militia, levied troops dan menjaga semangat. tetapi ia lebih dari itu, keputusannya jelas memiliki nilai strategis dan keberaniannya menginspirasi semangat tempur dan nyali pasukan Prancis.
Mungkin peran Joan yang terbesar bagi militer Prancis adalah kejelasan komando militer. apabila sebelumnya sering terjadi kebingungan karena para kapten dan sekutu saling berbeda pendapat. di bawah Joan yang jauh lebih ngotot daripada mereka semua, prajurit Prancis mengikuti perintahnya seorang. tidak ada kebingungan, maju ataupun mundur ia selalu berada di tengah mereka.
Selain dari itu Joan juga memiliki sisi inovatif. berbeda dengan pemimpin militer lainnya yang kurang update karena menerima pendidikan militer yang sudah kolot, Joan melihat potensi dan kemampuan dari senjata baru seperti artilery meriam dan senjata bubuk mesiu kuno sebagai apa adanya. ia tidak bias dengan nilai kehormatan kesatria atau chivalrious dalam pertempuran. ia melihat perang sebagai perang, sebuah konflik yang harus dimenangkan dengan segala cara.
Tidak terbatas pada perang langsung, Joan pun berhasil menjalin gerakan resistensi loyalis yang melakukan pemberontakan terhadap sekutu Inggris. menunjukkan pemahaman tentang aspek lain dari perang. pada akhirnya rakyat Prancis semakin terbentuk identitas nasionalnya yang memupuk jalan menuju rekonsiliasi dari perang saudara.
Dua puluh tahun setelah kematiannya perang saudara di Prancis berakhir dengan perdamaian. sedangkan Inggris terusir secara total dari wilayah Prancis. menutup babak akhir dari perang seratus tahun antara Inggris dan Prancis yang sudah berjalan selama 115 tahun.
Joan of Arc, gadis penyelamat Prancis dalam sejarah perang 100 tahun
Reviewed by pkn4all
on
Mei 24, 2016
Rating: